Sabtu, 24 Juli 2010

Pencayaan cahaya kebenaran



Ummat manusia dalam setiap jamannya mau tak mau harus berhadapan dengan "tantangan" yang timbul dalam jamannya itu. Dan setiap tantangan jaman itu adalah bagaikan menguji untuk ketajaman berpikir dan ketahanan jiwa.
Maka dalam menghadapi setiap macam tantangan itu perlu sekali bagi ummat manusia mempunyai pegangan tunggal, yaitu faktor "agama" yang dikukuhkan dengan keimanan dan keyakinan. Yang demikian itu adalah untuk menentukan "ketaatan" kepada perintah-perintah yang diturunkan oleh Tuhan Rabbulalamin kepada ummat manusia, untuk menyatakan/membuktikan kepatuhan mereka dalam menjunjung tinggi peraturan-peraturan itu, adalah menandakan manusia yang berakal, berpikiran sehat dan waras dapat membedakan antara yang benar dan patut ditaati dan yang salah yang mesti disingkirkan dan ditinggalkan. Maka disinilah letaknya "manusia yang berakal" dan manusia yang jahil yang tidak mengerti dalam menggunakan akal pikirannya, untuk berpegang kepada ajaran yang benar dan meninggalkan ajaran yang salah.
Kalau tidak dapat menggunakan akal pikiran yang sehat itu, maka samalah artinya dengan "manusia hidup tanpa akal", yaitu sesuai dengan peringatan dari Nabi Muhammad SAW. Dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Abu Na'im dari Abu Hurairah, yang artinya : "Hai anak Adam! Taatilah (perintah-perintah) Tuhanmu, pasti engkau dinamakan orang yang "berakal" dan janganlah engkau memaksiati (mendurhakai)-Nya, maka engkau dinamakan orang yang "jahil" (bodoh)."
Jelas sekali, bahwa manusia yang menurut perintah Allah, itulah orang yang berakal dan dirinya akan beroleh kebahagiaan. Dengan akalnya dia dapat berpikir, bahwa Allah SWT Yang Menciptakan seluruh makhluk di alam semesta ini - termasuk langit serta di sekelilingnya dan bumi serta segala yang berada di atasnya - termasuk insan manusia - dan segala yang ada dalam kandungannya - isinya - itu kesemuanya adalah ciptaanNya yang patut dipikirkan oleh ummat manusia yang berakal, berpikiran sehat dan waras, karena mengingat akan sabda Rasulullah SAW di atas.
Adapun orang yang memaksiati/mendurhakai Allah, maka dalam kehidupannya akan selalu ditimpa oleh kesengsaraan/keterlibatannya dalam perselisihan dan permusuhan. Karena akalnya tidak berfungsi menurut sewajarnya, dan jadilah mereka manusia yang sesat atau dalam istilah Islam dikatakan "insan jahil" - manusia jahil atau bodoh.

Cahaya Kebenaran
Pada lazimnya dalam keagamaan yang diturunkan Allah SWT itu disertai dengan cahaya, yaitu "cahaya kebenaran" yang dituangkan dalam Kitab SuciNya (Al-Quran) dalam rangkai beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW, sebagaimana menurut firmanNya, yang artinya : "Maka hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada "cahaya" (Al-Quran) yang telah kami turunkan, dan Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan." (Al-Quran, S.64/a.8).
Dalam Al-Qur'an, kitab yang mengandung wahyu-wahyu Allah itu, adalah "cahaya kebenaran" agama Islam, yang bersinar memancarkan beberapa aspek-aspek seperti : ilmu pengetahuan, kecerdasan berpikir, perasaan kemurnian rohani dan jasmani yang berlandaskan kepada "Tauhid" dan "budi pekerti" yang kesemuanya itu dipancarkan oleh "nur" Islam ke segenap penjuru dunia, melalui ummat manusia, yang mana cahaya itu hanya bisa diperoleh manusia yang memang dikehendaki oleh Allah SWT, sebagaimana menurut firmanNya yang artinya, ".....Barang siapa yang tidak diberi "nur" - cahaya - petunjuk oleh Allah, maka tiadalah dia akan mendapat cahaya sedikitnya." (Al-Qur'an, S.24/a.40).
Dan lagi firmanNya, yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada RasulNya, pasti Allah akan memberikan kepada kamu dua bagian dari "RahmatNya", dan dijadikanNya untuk kamu "nur" (cahaya) yang terang, yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan (di jalan yang benar) dan diampuniNya (dosa-dosa kamu). Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Quran, S.57/a.280).
Kepada orang-orang yang beriman (mukmin) itu diperingatkan, supaya bertakwa kepada Allah, untuk memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat dengan mengamalkan perintah-perintahNya, serta diperintahkan pula, supaya beriman kepada Rasulullah SAW. Maka atas dasar itulah Allah akan memberikan rahmatNya dengan "nur" (cahaya yang terang), dan dengan cahaya terang itu, orang-orang mukmin akan beroleh kurniaNya dalam dua bagian, yaitu berjalan di atas jalan yang benar dan diampuniNya dosa-dosa mereka yang telah lalu. Sedang orang-orang Mukmin itu selalu berdoa untuk mendapat kebahagiaan di dunia di bawah pimpinan yang benar dan di akhirat diampuniNya dosa-dosa mereka sehingga karena itu mereka mendapatkan "kebahagiaan" dunia dan akhirat.
Dan menurut sabda Rasulullah SAW, yang artinya, "Nawwiruu (cahayailah) yakni terangilah tempat-tempat kediaman kamu dengan shalat dan membaca Al Quran!" (Baihaq).
Dalam hal itu dimaksudkan, supaya setiap ummat orang Muslim itu disinari dengan cahaya yang terang. Yakni selain dari setiap kali dikerjakan shalat di dalamnya, juga tidak kurang pentingnya, ialah rumah Muslim itu disinari dengan pembacaan-pembacaan ayat suci Al-Quran! Jangan hanya memperbanyak tumpukan Kitab Al-Quran, akan tetapi yang terpenting diamalkan ayat-ayatnya dengan pembacaan yang baik, teratur dan perlahan-lahan, karena mengingat akan firmanNya, "...Dan bacalah Al-Quran itu dengan terang/baik dan perlahan-lahan." (Al-Quran, S.73/a.4).

Terbuka Mata Hati
Bagi seseorang hamba Allah yang telah dibukakan mata hatinya untuk menerima "nur" (cahaya) daripadaNya, ialah mereka yang telah ditunjuki Allah untuk menerima "agama Islam". Berlainan sekali dengan manusia yang membatu (tertutup) mata hatinya. Tidak ada keuntungan bagi mereka dalam penghidupan dunia dan akhirat. Bahkan kerugian yang besar yang akan dialami mereka, karena mata hati mereka tertutup rapat untuk menerima "nur", cahaya dari Allah mengingat (berdzikir) kepada Allah, dan karena itu pula mereka berada dalam kesesatan, tidak mendapat jalan lurus untuk keluar dari kegelapan yang meliputi mereka sepanjang masa.
Hal tersebut dapat diresapi dari firmanNya, yang artinya, "Adakah orang-orang yang dibukakan Allah mata hatinya untuk menerima Islam, lalu mereka mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang-orang yang membatu mata hatinya? Nasib malang (kecelakaan besar) bagi orang-orang yang membatu mata hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu berada dalam kesesatan yang nyata." (Al-Quran, S.39/a.22).
Demikianlah, bahwa kamu hanyalah orang-orang yang terbuka mata hatinya, yang dapat menerima "kebenaran" Islam dengan mendapatkan "Cahaya" dari Allah SWT. Sedangkan orang yang tertutup mata hatinya/hatinya yang membatu itu akan menerima nasib malang dengan adanya "musibah" besar yang memberati jiwa mereka. Karena mereka lupa untuk mengingat perintah-perintah Allah, sehingga mereka berada dalam kesesatan yang nyata.

Laksana Bintang
Menurut firmanNya, yang artinya, "Allah Pemberi "nur" (cahaya) bagi langit dan bumi. Seumpamanya cahaya-Nya (kepada orang-orang yang beriman), seperti sebuah lubang di dinding rumah, yang di dalam lubang itu ada "pelita". Pelita itu di dalam kaca. Kaca itu kelihatan laksana bintang yang berkilauan seperti mutiara. Pelita itu dinyalakan dengan minyak dari pohon zaitun yang tidak tumbuh di Timur dan tidak pula di Barat. Hampir minyak itu memancarkan cahaya dengan sendirinya meskipun tidak disentuh oleh api. Cahaya berlapis cahaya. Allah menunjuk orang-orang yang dikehendakiNya menerima cahaya itu. Allah menunjukkan beberapa perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui setiap sesuatu apapun." (Al-Qur'an, S.24/a.35).
Allah SWT Yang Maha Kuasa Pencipta apapun juga dari segala macam makhluk di semesta alam ini, juga Allah, Pemberi "nur",cahaya di sekeliling/diseputar langit dan bumi, termasuk makhluk di sekitarnya, dan cahaya itu pun diberikan keapda orang-orang yang beriman.
Cahaya itu tidak lain daripada Al-Quran yang memaparkan syari'at Islam. Diumpamakan seperti "pelita" yang berada di dalam kaca yang terang kelihatan memancarkan "cahayanya" laksana "bintang" yang berkilauan, seperti cahaya "mutiara" yang tidak bosan-bosan mata memandangnya.
Adapun dasar Islam itu sudah cukup membuktikan "cahaya kebenarannya" yang memancarkan tidak hanya di Timur dan di Barat, melainkan untuk menerangi seluruh makhluk di semesta alam ini, dan terutama cahaya itu diberikan kepada orang-orang yang beriman (Mukmin) yang menerima Islam sebagainya agamanya.
Cahaya itu akan lebih bercahaya lagi, apabila penerima cahaya itu dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dalam segala bidang peribadatan atas petunjuk dan pimpinan dari Allah SWT, sehingga cahaya itu akan lebih memberikan keberkahan dan kebahagiaan bagi mereka yang berlindung di bawah cahaya yang mulia itu.
Akhirnya menurut firmanNya,yang artinya, "Cahaya itu di dalam rumah yang di situ telah diizinkan Allah untuk dimuliakan dan disebut-sebut namaNya (dan) tempat bertasbih, memujinya pada pagi-pagi dan petang." (Al-Quran, S.24/a.36).
Rumah-rumah yang dimaksud, ialah mesjid-mesjid yang di dalamnya bersinar terang laksana bintang yang memancarkan cahayanya ke seluruh alam dunia, dengan pancaran "dzikru'llaah" baik di waktu pagi, siang, petang, senja dan malam, tidak henti-hentinya disebut-sebut nama Allah Yang Maha Agung. Itulah "cahayanya Islam" yang merupakan "pancaran cahaya kebenaran" bagi ummat manusia di seluruh dunia.


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar

makasaih y atas masukanya... :)

Achmads blog © 2008. Design by :vio Templates Sponsored by: gold bola